A Short Story’s of the Bejo and Gilang di Kampung Inggris

Bejo and Gilang di Kampung Inggris

“Ikut program Job Interview aja…., kelasnya santai… (A short story’s Bejo and Gilang di Kampung Inggris)“

Bejo and Gilang di Kampung InggrisPagi masih berselimut kabut tipis, membasahi pucuk–pucuk daun mangga yg sesekali rontok, suara syi’iran (puji–pujian) dari langgar terdekat terdengar bersenandung khidmat menandakan rutinitas pagi di Kampung Inggris Pare mulai beraktifitas.

Kokok ayam jantan dan burung–burung kecil di pohon mangga mulai bertambah ramai, suara induk ayam “kruk…” dan kicauan jernih burung prenjak “cemplik…cemplik…” mulai mendominasi suasana di Kampung itu (seperti pasukan Orc dan Uruk Hai pada waktu menyerang ‘Helm’s deep di film trilogy the Lord of The Rings), Bejo pun mulai mempersiapkan catatan kecil dan buku ‘vocabullary’ yg dibelinya kemarin malam di toko buku depan khursus’an dekat langgar, iapun mulai berfikir “ambil program apa ya..? kemarin Final Test peaking, Vocabullary ama Pronunciation aja sebenarnya untung-untungan bisa lolos.., dilain itu aku paling susah kalau hafalin Vocabullary yang jumlahnya bisa bikin kepala meledak’ kaya diserang ribuan bomb napalm…, ah… what the hell lah.. yang penting mandi dulu trus sarapan, habis itu pilih-pilih program di office..”.

Bejo pun bergegas masuk kamar mandi, sebelum anak-anak lain yang kost di tempatnya ‘Fatherland’ atau panitia hari kiamat (salah satu julukan terhadap pemilik kost di Kampung Inggris Pare, seorang bapak bertubuh gempal dan selalu pasang ekspresi mringis menakutkan, bahkan kalau dipikir – pikir lebih sangar’an fatherland daripada tokoh Hulk di comic Marvel 😀 ). Air terasa dingin, dan mulai mengguyur badan bejo.

“ Wooiii…. Gantian nik adus cooi..! (oi..gantian kalau mandi teman!) , anak-anak yang merasa antri diluar seperti tak sabar menunggu Bejo yang lebih duluan mandi sambil bersiul penuh kelega’an, “ Iyo…sik cuukk..! sing sabar.. it’s your bisnis.., salahe tangi gag gelem rodhok mruput…(iya… sebentar kawan.., itu urusan kalian.., salah sendiri gak mau bangun lebih awal..)“ jawab Bejo dengan nada santai masih sambil bersiul lagu “pagi yang indah sekali” dari Koes Plus, tak peduli dengan keadaan anak-anak yang di luar yang semakin tambah ‘Ngghrundel (bergumam) tidak karuan, lalu… sebuah kerikil melayang dan tepat mengenai pintu kamar mandi yang terbuat dari gembreng/seng “Dhueeennggg …!!!“ suara yang bisa bikin orang jantungan bila mendengarnya dan membuat Bejopun spontan ‘misuh-misuh (mengumpat) dengan irama yang agak manis didengar “Dianmpuuut.. acu..i…., iyo-iyo.., aku tak’ mentas (hiaa… iya-iya… aku sudah selesai nih..)“, anak-anak diluarpun tertawa geli melihat melihat tingkah Bejo yang mendadak ‘gendandap’an (tergesa-gesa) sambil menenteng handuk yang masih basah, “wis… ndhang adus-adus kono…, ojo mbulet ae koyok entut (sudah… cepetan mandi sana.., jangan berputar-putar kaya’ kentut..)” ungkap Bejo dengan irama nada disantai-santaikan, walau berani taruhan, dia pasti kesal karena kaget dengan suara pintu yang terbuat dari ‘gembreng tadi kena lemparan kerikil ulah teman-temannya.

Oke… oke…, kaya’nya semuanya sudah bersiap-siap, bejo dan tiga temannya yaitu: Big Pa-Pa yang berbody tambun ala Santa Claus yang cocok jadi judul lagunya band Melodic Punk asal Jogjakarta ‘Endank Soekamti’ —pejantan tambun—, trus Ivan Kabayan anak dari Cianjur yang nge-fans dengan artis Korea Super Junior bahkan matanya yang sipit dan rambutnya yang disemir kuning menambah kesan komplit seperti artis Korea, lalu ‘Mister Thinking” (karena sebelum ngomong selalu berpikir dengan sangat exstra, sehingga kalau ngomong kaya’ orang gagap) :D. Merekapun mencari sarapan nasi kuning di JL.Brawijaya yang mulai agak rame dipenuhi anak-anak kost yang berlalu lalang naik sepeda onthel bekas bersama-sama.

Di waktu asik-asiknya sarapan pagi bersama tiga rekannya, Bejo melihat keselatan jalan lewat si Gilang (perempuan kecil mungil teman sekelasnya di speaking 1, Gilang adalah perempuan pendiam tapi dia menyenangi music dan band-band punkrock kaya: Ramones, Greenday, Rancid, NOFX, Rufio, Hi-Standard dan lain-lain, kadang kalau berbicara iramanya pelan, tapi sedikit ‘klejingan’ (konyol) dan selalu mengikat rambutnya ke atas persis gelungan emak-emak pakai kebaya. Bejopun tidak meneruskan sarapannya dan langsung membayar dengan uang pas di kasir, ketiga rekannya heran “Arep nyang ndhi Jo? (mau kemana Jo..?) “ Big – Papa menanyai Bejo “sik… aku tak’ marani Ggilang dhisik…(sebentar.. aku mau menghampiri Gilang dulu..) “ jawab Bejo, “engko nik wis mari mrene maneh ya.. (nanti kalau sudah selesai kesini lagi ya..)“ ujar Big – Papa sambil mengunyah ‘kerupuk urang’ yang belum habis di makannya.

A short story’s of the Bejo and Gilang di Kampung InggrisSetelah berlari, Bejopun menghampiri Gilang yang juga mau mengambil program, “Lang… awakmu njupuk program opo..? (Lang.. kamu ambil program apa ?)“ Bejo bertanya kepada Gilang sambil sesekali menendang batu-batu kecil yang menghadang jalan, “aku dewe yo ijik bingung Jo…, tapi aku kepingin njupuk ‘Job Interview …kethok’e menarik.. (aku sendiri juga masih bingung jo.., tapi aku ingin ambil ‘Job Interview.. kelihatannya program tersebut menarik)“. Gilang pun sambil melihat waktu di celulernya melangkah agak tergesa-gesa , “Job Interview..? opo kui Lang..? mosok menarik..? (Job Interview? Apaan tuh Lang..? apa menarik..?)“ Bejopun penasaran dengan ucapan gilang mengenai program Job Interview. “he’ eh, Job Interview kui enak pelajarane, engko kenek digawe ngelamar kerjo.., santai… santai.. pokok’e.. (iya.. Job Interview itu enak pelajarannya, nanti bisa dibuat melamar pekerjaan, santai.. santai.. pokoknya..)“ Gilang pun dengan rasa percaya diri memberi sedikit illustrasi mengenai program Job Interview kepada Bejo.

Seperti memperoleh petunjuk dan jalan terang, Bejo pun terus bertanya kepada gilang dengan antusias “tenan to Lang..?, mosok santai..? aku ra’ mudheng belas lo.. (benarkah Lang..? masak sih santai..? aku benar-benar tidak mengerti lo…)”, sahut Bejo dengan polosnya. Gilang pun berjalan berusaha meyakinkan si Bejo, agar mau memilih program bernama ‘Job Interview’ tersebut “Iyo..iyo.., wis to nik gak percoyo dijajal ae..(iya.. iya.., kalau tidak percaya dicoba aja..) “ sahut Gilang.

Langkah kaki pun membelok di kampung pare, menurut cerita dari pinisepuh-pinisepuh asli Kampung Inggris, kampung tersebut dulu masih sepi ’mamring’ (nyenyat), belum ada yang namanya kost-kost an apalagi asrama di tempat tersebut, mayoritas penduduk ditempat bekerja sebagai petani disawah dan ladang, juga berdagang ‘bumbon’ (bumbu-bumbuan) di Pasar Pamenang yang jaraknya masih sekitar satu kilo. Diselatan jalan masih terlihat sawah-sawah  menghampar dan menara masjid Agung An-Nur menyapa agak malu tertutup rindangnya kebun bambu, sehingga langkah kaki tersebut tak terasa sampai di kelas.

Dengan langkah confident Bejo dan Gilang pun masuk kelas, Mr.Tom mulai memberi pelajaran pagi itu, tepat pukul 07.00 WIB, sosoknya yang tidak terlalu tinggi namun berwibawa memberi kesan bahwa beliau adalah seorang yang disiplin sekaligus santai dalam mengajar “O.k guys… Let’s open our program with pray for God… The One and The Only …. The Almighty for All..”, suasana heningpun dimulai anak-anak yang mayoritas perempuan dan berjumlah tak lebih dari 12 anak tersebut mulai berdo’a menurut kepercaya’an masing-masing, tak terkecuali dengan Bejo dan Gilang, “Finish…!“ Mr.Tom memberi isyarat bahwa berdo’a selesai  dan mulai menyuruh anak-anak memberi Introduction dirinya masing-masing.

Bejo dan Gilangpun hanya bisa ‘plonga-plongo (semacam ekspresi goblok mendadak), sebab melihat anak-anak yang berada di kelas Job Interview kemampuan Speaking, Pronounciation, Grammar dan Vvocabullary-nya sudah berada di tingkat rata-rata, semuanya ngomong dengan speed kualitas speaking mahir dan bahkan speaking lanjutan, padahal mereka (Bejo dan Gilang) baru lulus dari Final Test Speaking dasar kemaren, jadi kecepatan ngomong dan intonasi pronounciation masih dibawah layak. “Aduh… piye iki Jo..!, aku ndhredheg’e… (Aduh,,, gimana nih Jo..!, aku gemetar nih..)“ sahut Gilang spontan kepada Bejo “Ndhredheg piye tho Lang..? (gemetar gimana tho Lang..?), tanya Bejo penasaran “delok’en tho… kabeh wis podho lancar kabeh ngomong’e… (kamu liat… semuanya udah sangat lancar ngomongnya selain kita..) “ jawab Gilang kepada Bejo yang masih tampak plonga-plongo, “lha jaremu ndhik mau kelas’e santai..? awakmu wis tau tho melu program iki… (lha tadi katanya kelasnya santai..? kamu sudah pernah khan ikut program ini…?)” Bejopun balik bertanya kepada Gilang, dan Gilang-pun akhirnya menjawab dengan sedikit tertawa “Ugung tau Jo…! awakmu mau tak apusi…! (belum pernah Jo..! kamu tadi tak’ bohongin…)“, Bejopun mulai sembuh dari plonga-plongonya “Jangkrik….. wuasem awakmu Lang.., ngene iki malih awak’e dewe goblok ndhadhak, tak’ anggit awakmu wis tau melu program iki…! (jangkrik…, asem jawa kamu Lang… kita jadi goblok mendadak nih, kirain kamu udah pernah ikut program ini…!)“ dalam hatipun mereka berdua berharap, agar pelajaran hari ini cepat berlalu.

Program pun selesai, mereka berdua hanya bisa tertawa dan berjanji untuk tidak masuk kelas tersebut keesokan harinya, dan diganti dengan program lain yang sesuai dengan kemampuan mereka saat itu. Dari jalan seberang,  Big Papa, Ivan Kabayan dan Mister Thinking memanggil Bejo dan Gilang “woiii Jo…!, sido njupuk program opo awakmu..?, iki mau arek-arek njupuk Speaking 2, Vocabullary 2, ambek Reading 1 (hei Jo…!, jadi ambil program apa tadi? Ini tadi anak-anak (Ivan Kabayan & Mister Thinking) ambil program Speaking 2, Vocabullary 2 dan Reading 1). Bejopun hanya bisa menjawab dengan nada bangga sambil melirik ke arah si Gilang “Aku mau karo Gilang bar njupuk program sing Joss lan Keyenn… yo po gag Lang..? (Aku tadi sama si Gilang habis ambil program yang Joss dan Keren… ya khan Lang..?)“, Gilangpun mengangguk sambil tertawa, “program apa itu….critain dong….!!”, Job Interview!!, jawab Bejo dan Gilang dengan kompak. Merekapun bersama-sama mencari warung terdekat sebelum pulang ke tempat kost.

Itulah A short story’s of the Bejo and Gilang di Kampung Inggris.

Kontributor: Ahmad Arifin, Putra Pare